Rabu, 19 November 2014

Segitiga Emas Fotografi



a. Shutter speed
Penjelasan secara teoritis silakan baca post tiga komponen penting fotografi-shutter speed. Coba anda bermain-main sekaligus bereksperimen dengan shutter speed, tau dimana letak pengaturan shutter speed kan? Silahkan baca kembali tulisan diatas. Anda bisa bereksperimen di jalan, foto salah satu kendaraan yang lewat dari pinggir jalan dengan penaturan shutter speed 1/30 dan 1/100. Bandingkan hasilnya diantara dua kecepatan shutter. Pada angkan 1/30 hasil nya, objek foto akan seperti berkelebat sedangkan pada angka 1/100 objek foto tampak seperti membeku.

b. Aperture
Penjelasan teoritisnya bisa dilihat pada post tiga komponen penting fotografi: Aperture. Aperture dalam bahasa Indonesia berarti diafragma kamera. Aperture juga erat kaitannya dengan Depth of Field (Dof), silahkan baca teorinya di Memahami Depth of Field. Semakin besar anda membuka aperture dan ditandai dengan angka bukaan yang kecil f 1.8, f 2.4, maka semakin banyak cahaya yang masuk kedalam sensor/film. Silahkan anda mencoba memfoto objek dengan bukaan aperture yang besar semisal dengan f 1.8 maka hasilnya background akan blur dan tajam hanya pada objek saja biasanya teknik fotografiini digunakan untuk fotografi portrait. Berbeda bila anda memfoto dengan aperture dengan bukaan kecil seperti f 8/ f 11 maka seluruh bagian foto akan tampak tajam dan teknik fotografi ini cocok untuk fotografi landscape.

c. ISO
Sebelum saya memberikan contoh dalam penggunaan ISO ada baiknya membaca post tiga komponen penting dalam fotografi: ISO. Hal ini penting bagi pemula karena penggunaan ISO sangat terkaitan dengan noise, dengan ISO yang rendah maka noise di foto akan berkurang dan ini salah satu tips mengatasi noise. Anda bisa bereksperimen dengan mengubah-ubah angka ISO di kamera anda pada saat memotret foto. Hasilnya silahkan lihat anda memperbesar foto di computer, Akan terlihat perbedaan yang jelas. Salah satu teknik untuk mendapatkan foto yang tajam anda harus mengkombinasikan ISO yang rendah dengan aperture bukaan besar, teknik fotografi ini mudah digunakan dan diaplikasn dan hasilnya memuaskan.

Selasa, 18 November 2014

Pengertian BULB Fotografi

Apaan sih BULB itu?
BULB merupakan salah satu teknik pengambilan gambar(di fotografi) dengan menggunakan speed yang sangat lambat, saking lambatnya,sehingga tidak memungkinkan pengambilan gambar di lakukan dengan tangan kosong. Alat bantu yang digunakan untuk pengambilan foto bulb pada umumnya adalah tripod, agar tidak terjadi guncangan pada kamera sewaktu pengambilan gambar dilakukan yang membuat gambar berbayang.
Kapan sih kita bisa melakukan pengambilan gambar dengan teknik bulb?
Pada umumnya foto bulb dilakukan pada malam hari.


Kenapa di malam hari?
karena pada malam hari cahaya yg ada (sebut available lights) sangatlah minim, jadi amat sangat memungkinkan untuk melakukan pengambilan foto dengan speed yang sangat rendah.dengan melakukan penyesuaian pada diafragma dengan bukaan kecil,sangat memungkinkan lagi untuk mendapatkan speed yg rendah,serta gambar yang detail(dikarenakan bukaan diafragma yg besar membuat ruang tajam semakin luas).Penggunaan ISO/ASA/biasa disebut dengan istilah ‘film speed’ yang sangat rendah, membuat gambar yang dihasilkan semakin tajam,karena kerapatan gambar yg dihasilkan cukup halus. Namun foto bulb tidak hanya memungkinkan dilakukan pada malam hari, namun juga siang hari, tapi tetap di tempat2 tertentu yang mempunyai pencahayaan minim

Bagaimana sih Teknik Pengambilan Foto BULB?-Shutter Speed rendah –>lebih dari 3 detik (agar didapat efek pergerakan dari benda yang di foto )
-Diafragma Kecil –>11-22 (Untuk mendapatkan ruang tajam keseluruhan gambar lebih luas dan memungkinkan shutter speed lebih lambat)
-ISO/ASA serendah mungkin –> <200 Menggunakan Tripod & kabel release (bila ada) –> untuk mengurangi guncangan agar gambar yang dihasilkan tidak berbayang.
-MemFokuskan object –>foto bulb tidak hanya sekedar foto landscape(pemandangan/view) saja.melaikan dapat juga ditentukan sebuah objek foto dengan Foreground atau background efek cahaya bergerak (Moving Lights)
-Metering Objek–>dimaksudkan agar objek yang difoto dapat tergambar dengan pencahayaan yang cukup jelas,kecuali jika sang fotografer mempunyai maksud lain dengan men-Set metering objek Under atau Over expos

Belajar Foto Bokeh menggunakan Kamera DSLR

Pertama, kamu harus memahami tentang DOF (Depth Of Field). Dalam suatu foto selalu ada bagian yang fokus dan tidak. Nah, area yang tampak fokus dan jelas ini disebut DOF. Biasanya bagian background keluar dari fokus dan disinilah bokeh tampil. Ia mengubah cahaya yang muncul menjadi bentuk-bentuk lingkaran dengan pinggiran yang halus. Jadi, bokeh hanya akan sukses dibuat jika DOF-nya dangkal (shallow depth of field) yang berarti subjek harus benar-benar terfokus sementara backgroundnya hanya blur. Syarat pertama untuk menghasilkan blur yang bagus adalah bukaan aperture (tempat keluar masuknya cahaya pada lensa) yang besar. Semakin tinggi angka aperture-nya, semakin besar dan bundar bokehnya. Yang kedua, tentu saja, harus ada titik-titik cahaya di bagian background. Jika kamu menggunakan backdrop polos (kain, tembok, dan sejenisnya) tidak akan ada bokeh dalam fotomu.

Lalu, pertanyaan yang sering muncul dari fotografer pemula adalah; bisakah saya mendapatkan bokeh dengan menggunakan kamera saku? Jawabannya, bisa (horeee!) TAPI, butuh lebih banyak kerja keras karena kebanyakan kamera saku dibuat untuk bekerja dengan mode auto (tinggal jepret) sehingga settingnya tidak bisa diatur secara manual. Kalau kamu sudah mulai menggunakan DSLR,,  pengaturannya akan lebih mudah. Untuk mendapatkan bokeh yang bagus, kamu harus memastikan:
·      Ada titik-titik cahaya di bagian background (lampu mobil di malam hari, cahaya dari sela-sela daun, lampu hias warna-warni, dan semacamnya)
·         Membuka aperture selebar yang lensa kamu bisa buat
·         Jarak kamera dengan objek atau foreground dibuat dekat
·         Jarak foreground dengan cahaya di background dibuat cukup jauh


Dengan dSLR, kamu bisa mengatur setting seperti ini:
1.    Putar pengaturan kamera ke mode A atau Av untuk Aperture Priority
2.   Pilih angka aperture (f) terkecil – pada kamera Nikon D3100 saya yang menggunakan kit lens, angka terkecilnya adalah f3.5 (biasanya sama pada semua kit lens)
3.    Pindahkan lensa ke mode fokus manual, lalu atur hingga ke titik terdekat
4.   Gunakan zoom pada lensa sampai kira-kira ada di sekitar 50mm (pada lensa saya hanya bisa sampai 55mm)
5.    Bidik titik-titik cahaya (dengan atau tanpa foreground)
6.    Jepret!

Mode dalam Kamera DSLR

Program mode (P). Huruf P disini kadang artinya diplesetkan sebagai ‘Pemula’ karena sebenarnya di mode ini hampir sama seperti memakai mode AUTO (oleh karena itu mode P ini relatif aman untuk dipakai sebagai mode standar sehari-hari). Bila pada mode AUTO semua parameter ditentukan secara otomatis oleh kamera, maka pada mode P ini meski kamera masih menentukan nilai shutter dan aperture secara otomatis, namun kita punya kebebasan mengatur nilai ISO, white balance, mode lampu kilat dan Exposure Compensation (Ev). Tampaknya tidak ada yang istimewa di mode P ini, tapi tunggu dulu, beberapa kamera ada yang membuat mode P ini lebih fleksibel dengan kemampuan program-shift. Dengan adanyaprogram-shift ini maka kita bisa merubah variasi nilai pasangan shutter-aperture yang mungkin namun tetap memberikan eksposure yang tepat (konsep reciprocity) . Bila kamera anda memungkinkan program-shift pada mode P ini, cobalah berkrerasi dengan berbagai variasi pasangan nilai shutter-aperture yang berbeda dan temukan perbedaannya.

 Aperture-priority mode (A, atau Av). Mode ini optimal untuk mengontrol depth-of-field(DOF) dari suatu foto, dengan cara mengatur nilai bukaan diafragma lensa (sementara kamera akan menentukan nilai shutter yang sesuai). Aturlah diafragma ke bukaan maksimal (nilai f kecil) untuk mendapat foto yang DOFnya sempit (objek tajam sementara latar belakang blur) dan sebaliknya kecilkan nilai diafragma (nilai f tinggi) untuk mendapat foto yang tajam baik objek maupun latarnya. Biasanya pada lensa kamera saku, bukaan diafragma maksimal di f/2.8 (pada saat wide maksimum) dan bukaan terkecil berkisar di f/9 hingga f/11 (tergantung spesifikasi lensanya). Namun dalam situasi kurang cahaya, memperkecil diafragma akan membuat eksposure jadi gelap, untuk itu biarkan nilai diafragma pada posisi maksimal saat memotret di tempat yang kurang cahaya.

Shutter-priority mode (S, atau Tv). Mode ini kebalikan dari mode A/Av, dimana kita yang menentukan kecepatan shutter sementara kamera akan mencarikan nilai bukaan diafragma yang terbaik. Mode ini berguna untuk membuat foto yang beku (freeze) atau blur dari benda yang bergerak. Dengan memakai shutter amat cepat, kita bisa menangkap gerakan beku dari suatu momen olahraga, misalnya. Sebaliknya untuk membuat kesan blur dari suatu gerakan (seperti jejak lampu kendaraan di malam hari) bisa dengan memakai shutter lambat. Memakaishutter lambat juga bermanfaat untuk memotret low-light apabila sumber cahaya yang ada kurang mencukupi sehingga diperlukan waktu cukup lama untuk kamera menangkap cahaya. Yang perlu diingat saat memakai shutter cepat, cahaya harus cukup banyak sehingga hasil foto tidak gelap. Sebaliknya saat memakai shutter lambat, resiko foto blur akibat getaran tangan akan semakin tinggi bila kecepatan shutter diturunkan. Untuk itu gunakan fitur image stabilizer (bila ada) atau gunakan tripod. Sebagai catatan saya, nilai kecepatan shutter mulai saya anggap rendah dan cenderung dapat mengalami blur karena getaran tangan adalah sekitar 1/30 detik, meski ini juga tergantung dari cara dan kebiasaan kita memotret serta posisi jarak fokal lensa. Pada kecepatan shutter sangat rendah di 1/8 detik, pemakaian stabilizersudah tidak efektif lagi dan sebaiknya gunakan tripod.

Manual mode (M). Di level mode full-manual ini, fotograferlah yang bertugas sebagai penentu baik nilai shutter dan apertureLight-meter pada kamera tetap berfungsi, namun tidak digunakan untuk mengatur nilai eksposure secara otomatik melainkan hanya sebagai pembanding seberapa jauh eksposure yang kita atur mendekati eksposure yang diukur oleh kamera. Di mode ini dibutuhkan pemahaman akan eksposure yang baik, dalam arti fotografer harus mampu untuk mengenal kondisi cahaya pada saat itu dan dapat membayangkan berapa nilai shutter dan aperture yang diperlukan. Bila variasi kedua parameter ini tidak tepat, niscaya foto yang dihasilkan akan terlalu terang atau terlalu gelap. Namun bila sukses memakai mode manual ini, kita bisa mendapat foto yang memiliki eksposure yang baik melebihi foto yang diambil dengan mode AUTO, Program, Aperture-priority ataupun Shutter-priority. Contohnya pada saat mengambil foto sunset di pantai dimana dibutuhkan feeling yang tepat akan eksposure yang diinginkan.

Tips Foto Starburst Malam Hari

Membuat sumber cahaya malam hari tampak berpendar seperti bintang membuat foto malam kita tampak lebih keren. Efek ini biasanya disebut efek starburst. Untuk membuat starburst, hal mendasar yang harus kita pahami adalah membuat bukaan lensa sekecil mungkin, artinya kita sebaiknya menggunakan angka aperture yang besar (f/11 s.d f/22) dan sebaiknya memanfaatkan lensa yang memiliki focal length lebih pendek.
Kenapa harus seperti itu? well, penjelasannya akan panjang. Singkatnya adalah secara fisika cahaya akan mengalami difraksi (penyebaran) saat melewati lubang sempit (hmm sempit…). Sifat penyebaran cahaya inilah yang membuat sumber cahaya (lampu, bulan, matahari) akan terlihat berpendar dan memiliki lidah, jumlah lidah akan bergantung pada jumlah bilah (blade) aperture dalam lensa anda, lihat spek lensa yang anda miliki, pasti akan ada tertulis “aperture blade”. Sementara untuk menjawab kenapa sebaiknya memilih angka f yang besar dan focal length yang lebih pendk, silahkan baca artikel Memahami Angka Aperture Dalam lensa danMemahami Aperture.

Kalau masih belum jelas, silahkan lihat gambar berikut ini:


Gambar diatas menunjukkan, semakin kecil bukaan (angka f semakin besar), lidah cahaya akan semakin maksimal. Sementara di angka f yang kecil, sumber cahaya tampak tanpa burst sama sekali.


Tips Foto Starburst Malam Hari:

  1. Gunakan Tripod – Memotret malam hari dengan angka f yang besar, misal foto diatas dengan f/18, membuat shutter speed akan sangat lama, foto diatas 25 detik kenapa?. Jadi pastikan anda memakai tripod agar hasil foto tidak seperti lukisan grafiti.
  2. Perhatikan setting kamera – Untuk jenis foto seperti ini, gunakan angka f yang besar: f/11 atau lebih besar. Set ISO di angka yang rendah, dibawah 400, karena kita akan memotret long exposure. Anda bisa menggunakan mode manual maupun aperture priority, yang jelas perhatikan angka metering kamera. Untuk pemotretan malam hari seperti ada kecenderungan hasil akan over exposure (terlalu terang), jadi pakai exposure compensationangkanya bervariasi tergantung dari lingkungan sekitar, coba pakai under 1 stop sebagai awal dan sesuaikan setelahnya.
  3. Setting Fokus – Dengan angka aperture besar, kita tidak akan terlalu pusing memikirkan fokus, namun kalau mau aman ambil titik fokus secara manual, atau set di infinity.
  4. Manfaatkan highlight alert kamera – anda tahu kan? itu lho peringatan bling-bling yang muncul di LCD saat kita memotret subyek yang terang.
  5. Mulai Memotret – dan jangan malas mengulang dan mengubah setting kalau hasilnya belum sesuai keinginan.

Teknik Foto Panning Dalam Fotografi

Foto panning secara umum adalah sebuah foto yang memperlihatkan efek gerak suatu objek. Foto yang diambil dengan teknik ini biasanya memperlihatkan suatu objek bergerak sebagai titik fokus sedangkan objek lain/background akan terlihat blur (bergerak). Foto ini dibuat dengan cara menggerakan kamera mengikuti gerakan objek secara searah. Berikut adalah beberapa tips memotret fotopanning bagi anda yang ingin mencobanya.



1. Persiapkan Kamera anda
Dalam teknik ini, disarankan anda mengatur kamera pada modeshutter priority – T atau Sv hal ini bertujuan agar kita dapat menggeser shutter speed pada angka yang lebih rendah dibandingkan yang biasa kita gunakan. Dalam hal ini anda harus mampu mengira-ngira kecepatan gerak objek yang akan diambil fotonya sehingga anda mampu menentukan shutter speed yang sesuai.

Berikut beberapa contoh pengaturan shutter speed yang bisa anda jadikan referensi:

Sepeda gunung uphill/downhill: 1/30 sampai 1/50 detik
Orang joging/ sepeda sanai: 1/20 detik
Balapan motor/mobil : 1/100 sampai 1/200 detik
Mobil: sekitar 1/50 detik

*Tentunya setting akan berbeda sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

2. Cara Menentukan Fokus
Kita bisa menggunakan auto atau Manual fokus dalam memotret dengan teknik foto panning. Namun disarankan untuk menggunakan manual fokus karna kaera aksn kesulitan mencari titik fokus apabila objeknya bergerak.
Cara yang biasa digunakan untuk mengambil foto panning adalah:

  • Tentukan titik dimana anda akan menekan shutter unuk memotret objek.
  • Tentukan itik fokus pada titik tersebut
  • Siapkan frame gambar yang cukup luas agar objek dapat tertangkap utuh.
  • Ikuti gerakan objek, pada saat objek berada pada titik yang anda tentukan tadi, tekanlah shutter.
  • Jangan langsung melepas shutter, tahan shutter sambil tetap ikuti gerakan si objek.
  • Lepaskan shutter, DAN FOTO PANNING PUN TERCIPTA.
3. Tips  Menggerakkan Lensa dan Kamera
Untuk menghasilkan foto yang terlihat tajam, gerakan lensa harus tenang dan stabil dan arahnya harus selurus dengan sumbu horisontal: dari kiri ke kanan atau sebaliknya tanpa diikuti naik/turun, atau goncangan.  Semakin lembut dan tenang cara anda mengikuti gerakan objek utama, maka foto yang dihasilkan akan semakin tajam.

4. Gunakan monopod untuk hasil yang lebih sempurna.


Monopod atau bisa juga tripod, dapat membantu anda untuk mencegah shake atau goncangan pada waktu memotret foto panning.

Ray of Light (RoL) Fotografi kamera DSLR

Beberapa teknik yang digunakan mendapatkan RoL adalah sebagai berikut :
1.    Perlengkapan
  • Kamera
  • Lensa standar 18 – 55 mm dan atau 70 – 300 mm
  • Filter GND 0.6x
  • Flash tambahan, kalau ada
  • Tripod, kalau ada
2.    Setelan
  • Focal length : 25 mm s/d 55 mm
  • ISO speed : ISO 200 s/d 400 tergantung ketersediaan cahaya
  • Exposure: 1/25 sec s/d 1/400 sec
  • Aperture : f/2.5 s/d f/5.6
  • Exposure Compensation : 0 s/d – 2
  • Flash : ON atau OFF
Setelan tidak dapat ditentukan (tidak mutlak, hanya sebagai acuan awal penyetelan) tergantung pada ketersediaan cahaya matahari, kelembaban udara/kandungan uap/kabut, jarak bidik, konsep foto dan lain-lain. Latihan berulang-ulang akan melatih insting/naluri penyetalan kamera yang menentukan setelan yang tepat dalam waktu yang singkat.
Pemakaian filter Graduated Neutral density atau Grad ND (GND) Untuk menyeimbangkan exposure antara bagian atas dan bawah, tanpa filter GND anda hanya akan mendapatkan siluet karena filter GND digunakan untuk menghindari perbedaan eksposur antara tanah dan langit yang kontras, karena jika anda membidik ke arah matahari (walaupun mungkin rendah), Anda akan mendapatkan warna langit (putih) yang dominan dan tanah yang hitam sehingga siluet akan muncul dengan menggunakan filter GND maka langit akan terlihat lebih gelap dan  tercipta suasana lebih dramatis.
Flash disetel ON atau OFF atau bahkan ditambah dengan Flash tambahan sangat tergantung pada ketersediaan cahaya matahari dan exposure yang ingin dicapai.
Teknik mendapatkan RoL dari Gambar di atas, saya mengaplikasikan sebagai berikut :
1.    Focal length : 35 mm
2.    ISO speed : ISO 200
3.    Exposure: 1/50 sec dan 1/80sec
4.    Aperture : f/3.5
5.    Exposure Compensation : 0 dan -1 1/3
6.    Flash : ON tanpa external flash